Khutbah Jum’at,
RAMADHAN SEBAGAI RESETER
DAN PROTEKSI KEHIDUPAN
alfaqir adi hasanudin ,S.Ag
Jamaah sholat jumat yang dimulyakan Allah
marilah senantiasa kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT
karena hingga saat ini kita masih diberi keimanan dan keislaman serta kesempatan untuk melaksanakan
sholat jum’at bulan syawal 1433 H ini yang masih diliputi oleh suasana halal bi
halal. Sholawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada penutup para
Nabi dan rosul, Nabi Besar Muhammad SAW,
dan semoga tersampaikan pula sholawat serta salam kepada para keluarga, sahabat dan para penerus Risalahnya hingga
yaumil qiyamah. Izinkanlah alfaqir berwasiat terkhusus untuk diri pribadi dan
umumnya untuk para jamaah, marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada
Allah, karna sesungguhnya taqwa adalah standar kemulyaan seorang manusia
dihadapan Allah SWT.
Jamaah sholat yang dimulyakan Allah
Barangkali
sudah sangat femiliar sekali kita dengar
bahwa manusia sejak lahir itu dalam keadaan fitrah, dimana fitrah yang
dapat berarti bersih / suci. Bersih dan suci adalah bukannya bersih dari dan
atau tanpa potensi keimanan kepada Allah SWT, artinya ketika awal perjalanan
hidupnya didunia seorang anak manusia, ia terlahir telah memiliki potensi berupa
perangkat yang potensial, untuk
menyandang dan menunjang tugasnya sebagai khalifah. Di antara perangkat
tersebut adalah berupa fitrah atau garizah,
atau naluri manusia. Selain itu Fitrah sering pula diartikan sebagai asal
kejadian, karena merupakan bawaan sejak lahir. Fitrah atau garizah bagi manusia sedangkan disebut
insting pada makhluk binatang. Manusia diberi bebarapa macam garizah, diantaranya garizah al-zauj yaitu kebutuhan terhadap lawan
jenisnya, garizah hubb al-khulud (hidup kekal), garizah al-muk wa al-tamalluk (ambisi menjadi penguasa atau memiliki
sebanyak-banyaknya), dan yang terpenting adalah garizah al-tadayyun (fitrah keberagamaan). dengan seiring
berjalannya waktu……dimana ketika usia sudah mencapai aqil balig atau ketika
seorang anak manusia yang telah terkena beban taklif berdasarkan syari’at, dimulailah
akumulasi nilai pemikiran,sikap dan perbuatan. jika ada potensi dirinya yang terjaga dari
noda (kebaikan), atau bahkan jika ada
potensi yang ternodai (kejahatan). Semua itu menjadi tanggungjawabnya
Hadirin
yang berbahagia
Ramdhan
kini telah berlalu dan pergi meninggalkan kita , dan mungkin sebuah
praperkiraan sebelas bulan kedepan kita baru akan menemuinya kembali. Terkait
dengan potensi fitrah manusia, berpuasa dibulan ramadhan yang didasari iman dan mengharap keridloan akan mampu menjadi RESETER Dan PROTEKSI DALAM MENJALANI KEHIDUPAN. Mengapa demikian ? ,
karena ketika mejalani kehidupan, acapkali manusia berhadapan dengan hal-hal
yang mendorong dan bahkan membawa manusia itu kepada jurang kemaksiatan dan
perbuatan dosa . perjalanan hidupnya manusia seringkali mengurai kembali benang
yang telah terpital. Terkadang kita dengan sengaja dan rela menceburkan diri
pada pemikiran, sikap, dan
perbuatan dosa serta salah dalam menjust
(menilai) sebuah perbuatan dan dengan alasan terpaksa ,dengan penuh percaya
diri membanggakan sebuah kesalahan yang diakuinya sebuah kebaikan atau sebaliknya. Disinilah Puasa Ramadhan akan mampu berperan
sebagai RESETER yaitu diampuni dosanya
yang telah lalu. Yang kedua bahwa puasa
dibulan ramdhanpun akan mampu MEMPROTEKSI pelakunya kedepan dari
perbuatan-perbuatan yang akan merugikan diri dan orang lain. Karena ketika ramadhan,
laksana seorang sopir yang sedang
mengejar setoran mengeluarkan segenap
kemapuan dan malajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi dengan berpuasa dan
amaliyah ramadhan lainnnya. Dan biasanya Di ramadhanlah dan memang sudah seharusnya
kita berkesempatan untuk jor-joran dalam mencapai target taqwa. Sehingga ada atsar
yang mempolis line dirinya dari perbuatan dosa. sebagai bentuk muhasabah yang
dilator belakangi oleh khauf dan Raja’ terhadap puasa romadhan kita, adakah
atsar yang akan kita bawa ke sebelas bulan ke depan ?
Jamaah
jumat yang berbahagia
itulah sebenarnya
yang harus kita benahi dan janganlah kita mengurai kembali benang yang sudah
tersulam rapi…insyaallah. Sebagimana firman Allah SWT di dalam Qs Al Araf :ayat
56 dan Qs Ar Rad :11
56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
[767] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat
yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang
mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat
yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka,
selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
Barang
siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan pengamalannya, maka Allah
tidak butuh dalam hal ia meninggalkan makan dan minum ( HR.Bukhori )
Ada Ungkkapan menarik yang cukup
menyadarkan kita akan hal ini, Kun
rabbaniyyan, wa laa takun ramadhaaniyyan Jangan menjadi manusia Ramadan, yang kuat
ibadahnya karena berada di bulan Ramadan saja, karena setelah bulan itu
berlalu, ia tak akan mengalami perubahan hidup untuk menjadi lebih bertaqwa.
Namun jadilah manusia pasca Ramadan yang memiliki nilai kepribadian diri,
penghambaan kepada Allah yang tak kenal henti, menjadi manusia bertaqwa tanpa
batas, sesuai target yang diharapkan dari penggemblengan yang dilakukan selama
sebulan. Dengan syaratnya, ia harus menjadi hamba Allah yang memilki bobot nilai ibadahnya terus meningkat, sekali
pun ia telah berada di luar bulan Ramadan.
Fatasyabbahuu in lam takuunuu mitslahum innat
tasyabbuha bir rijaali falahun “ menirulah pada orang lain walaupun engkau
tidak serupa dengan orang lain itu .karena sehingga meniru orang besar , itupun
sudah suatu kemenangan.
Dari kefaqiran kita, Semoga kita mendapatkan taufiq dan hidayah-NYA agar
ada keistiqomahan didalam peribadatan dan kemapanan dalam kehidupan. Amin yaa
robbal “alamin
download disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar